Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan cara untuk mendeteksi aliran di permukaan bumi. Metode geolistrik imi memiliki banyak macam, salah satunya adalah metode geolistrik tahanan jenis (resistivitas). Pengujian geolistrik ini mempunyai sifat yang bertujuan untuk penentuan distribusi resistivitas permukaan bawah tanah dengan tindakan pengukuran permukaan tanah.
Pengukuran resistivitas biasa dilakukan dengan cara mengalirkan arus kedalam tanah melalui dua elektroda yang mempunyai arus dengan pengukuran pada beda tegangan yang dihasilkan dari dua elektroda potensial. Sehingga, resistivitas bawah permukaan dapat diperkirakan.
gambar air
Indonesia Drilling Jasa Pembuatan Sumur Bor dan Survey Geolistrik. Kontak Kami di 0813-1124 4499
Interpretasi lapisan bawah permukaan tanah sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang keilmuan. Dengan itu dilakukan berbagai metode survei lapisan tanah, salah satunya metode geolistrik atau resistivitas tanah.
Metode geolistrik memiliki kelebihan selain mudah dalam pelaksanaannya juga harganya relatif murah. Akan tetapi, setiap metode tentunya memiliki kelebihan juga tetdapat kekurangan dimasing-masing metoda, untuk mengetahui sejauh mana keselarasan (konsistensi)
dari hasil pengukuran geolistrik dengan konfigurasi Wenner dan dipole-dipole, perlu penelitian lebih mendetail dengan cara menggunakan pengeboran dangkal serta pengujian sifat fisik tanah yang di uji terlebih dahulu di laboratorium.
Indonesia Drilling Jasa Pembuatan Sumur Bor dan Survey Geolistrik. Kontak Kami di 0813-1124 4499
Dalam hal ini tujuan dan manfaat dari penelitian tersebut adalah:
1. Melakukan pengukuran resistivitas semu dari bawah permukaan tanah dengan cara menggunakan konfigurasi Wenner dan dipole-dipole untuk metode 2-D (Mapping).
2. Pengolahan data resistivitas semu dibawah permukaan tanah agar mendapatkan nilai resistivitas yang sebenarnya dengan menggunakan software RES2DINV sehingga untuk dapat menginterpretasikan kondisi dibawah permukaan tanah.
3. Mengetahui perbedaan pada hasil interpretasi tanah antara konfigurasi Wenner dan dipole-dipole dengan metode 2-Dimensi.
4. Mengambil perbandingan hasil interpretasi lapisan bawah permukaan tanah antara metode geolistrik dan pemboran (boring) dengan pengujian dari sifat fisik tanah yang di test melalui uji laboratorium.
Pengukuran resistivitas normalnya dilakukan dengan menginjeksikan arus listrik kedalam tanah melalui dua elektroda pada arus (C1 dan C2), begitupun pengukuran beda tegangan antara dua elektroda potensial (P1 dan P2). Maka besar nilai resistivitas diperoleh dari hasil kuat arus (I) dan besar tegangan (V) (Loke, 2000). Metode resistivitas dalam prakteknya memiliki beberapa tipe susunan/konfigurasi di perletakan keempat elektroda. Pemilihan konfigurasi yang terbaik untuk digunakan pada survei di lapangan tergantung pada tipe dari struktur yang akan dipetakan, sensitivitas dari alat ukur resistivitas, dan latar belakang tingkat gangguan
Indonesia Drilling Jasa Pembuatan Sumur Bor dan Survey Geolistrik. Kontak Kami di 0813-1124 4499
Di antara karakterisitik dari tiap konfigurasi, yang harus diperhitungkan antara lain sensitivitas konfigurasi terhadap perubahan resistivitas vertikal dan horizontal di bawah permukaan tanah, kedalaman penyelidikan, liputan data horizontal, dan kekuatan sinyal (Loke, 2013). Resistivitas semu (apparent resistivity) Konsep dasar pengukuran hambatan jenis pada metode geolistrik adalah hukum Ohm. Dimana adanya hubungan antara tegangan (V), kuat arus (I), dan hambatan/resistensi (R), yaitu: V = I ∙ R Sehingga diperoleh, R = V/i
Untuk menghitung resistivitas semu (apparent resistivity) dibutuhkan nilai “k”, dimana “k” merupakan faktor geometrik yang tergantung pada jenis konfigurasi dari keempat elektroda.
Nilai resistivitas semu dapat dihitung dengan rumus: Pa = k ∙ R Hasil resistivitas yang dperoleh dari pengukuran bukanlah nilai resistivitas sebenarnya dari lapisan bawah permukaan tanah, melainkan suatu resistivitas “semu” yang merupakan resistivitas tanah homogen yang akan memberikan nilai resistansi yang sama untuk susunan elektroda yang sama.
Hubungan antara resistivitas semu dan resistivitas sebenarnya sangatlah kompleks. Untuk menentukan resistivitas sebenarnya dari bawah permukaan tanah, diperlukan penginversian hasil resistivitas semu dengan menggunakan program komputer (Loke, 2000).
Indonesia Drilling Jasa Pembuatan Sumur Bor dan Survey Geolistrik. Kontak Kami di 0813-1124 4499
Pengeboran dangkal dilakukan hingga kedalaman 3 m pada lokasi untuk pengambilan sampel.
Sampel ini kemudian diuji sifat fisiknya di laboratorium untuk dapat mengklasifikasi tanah pada kedalaman 1, 2, dan 3 m.
Prosedur pengujian laboratorium berdasarkan ASTM (American Society for Testing and materials).
Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:
1. Seperangkat alat pengujian geolistrik
2. Seperangkat alat handbor dan tabung pengambilan sampel tidak terganggu
3. Seperangkat peralatan laboratorium untuk pengujian sifat fisik tanah, yaitu pengujian kadar air, berat volume tanah, batas cair tanah (Liquid Limit), batas plastis dan indeks plastisitas tanah (Plasticity Limit &Plasticity Index), analisa ukuran butir – metode analisa saringan, analisa ukuran butir – metode hidrometer, dan kadar serat (untuk tanah gambut).
Metode Pengujian Resistivitas Tanah Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan pada lokasi dimana terdapat 2 jalur (line) pengujian yang saling sejajar dan berjarak tegak lurus sejauh 3 m. Pada masing-masing jalur dilakukan pengujian menggunakan 2 konfigurasi, yaitu konfigurasi Wenner dan dipole-dipole.
Jadi total keseluruhan hasil pengujian yang akan diperoleh untuk satu lokasi adalah sebanyak 4 interpretasi. Jarak minimum antar elektroda (a) yang digunakan pada ketiga konfigurasi adalah sama, yaitu 1 m. Panjang jalur pengujian pada lokasi ini adalah kedua jalur memiliki panjang yang sama yaitu 20 m.
Gambar 1 Dua Jenis Konfigurasi Yang Digunakan dalam Pengujian resistivitas
Gambar 2 Ilustrasi Contoh Perpindahan
Posisi Elektroda Cara perpindahan posisi elektroda untuk masing-masing konfigurasi adalah sama, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Indonesia Drilling Jasa Pembuatan Sumur Bor dan Survey Geolistrik. Kontak Kami di 0813-1124 4499
Akan tetapi jarak dan posisi elektrodanya saja yang berbeda disesuaikan dengan jenis onfigurasi yang digunakan seperti yang telah ditunjukkan pada Gambar 1.
Setelah pengolahan data resistivitas, handbore, dan pengujian laboratorium selesai sehingga dapat mengidentifikasi bawah muka tanah pada lokasi-lokasi penelitian, maka dilanjutkan dengan penganalisaan masing-masing hasil dari tiap pengujian dan lalu dilakukan perbandingan hasil.
Dari hasil perbandingan tiap-tiap jenis pengujian, dilakukan analisa kembali dan membahasnya, sehingga diperoleh kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari lokasi pengujian diperoleh model statigrafi dari konfigurasi geolistrik yang digunakan. Selain itu juga diperoleh hasil pengeboran dangkal dan penelitian laboratorium yang disajikan berdasarkan lokasi sebagai berikut. Dari hasil geolistrik yang ditunjukkan pada Gambar 3 dan 4, jenis tanah pada lokasi ini memiliki potensi kecendrungan merupakan tanah pasir dengan radasi
buruk. Terdapat perbedaan nilai resisitivitas yang juga dapat dipengaruhi oleh kerapatan artikel tanah, kadar air, unsur kimia tanah dan lain sebagainya selain resistivitas batuan atau tanah itu
sendiri. Hasil pengujian geolistrik untuk lokasi ini dari ketiga konfigurasi yang digunakan dapat dikatakan telah cukup mewakili potensi kondisi bawah permukaan tanah sebenarnya.
Kesimpulan ini didukung dengan hasil handbor dan pengkalsifikasian tanah dari pengujian laboratorium yang juga menyimpulkan tanah pada kedalam 1, 2, dan 3 m merupakan tanah pasir berlempung (SC) dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.
Konfigurasi Wenner menyajikan hasil yang lebih baik dibandingkan konfigurasi lain.
Hal tersebut dapat dilihat dari kecilnya persentase tingkat kesalahan (error) konfigurasi Wenner dibandingkan konfigurasi dipole-dipole dengan jumlah iterasi yang sama, perbedaan lapisan tanah terlihat lebih jelas, dan selain itu juga karena range resistivitas yang diperoleh lebih rapat.
Hasil ini cukup membuktikan teori sebelumnya bahwa konfigurasi wenner memiliki sinyal terkuat dibandingkan kedua konfigurasi lainnya, sehingga bisa menggunakan alat ukur dengan impedansi yang relatif lebih kecil.
Hasil yang diperoleh dari pengujian geolistrik dengan konfigurasi dipole-dipole membuktikan teori bahwa konfigurasi ini memiliki kekuatan sinyal yang lemah sehingga membutuhkan alat yang “high impedance” dan ”high accuracy”.
Interpretasi lapisan
bawah permukaan tanah dengan menggunakan metode geolistrik 2-D (mapping), dapat diambil kesimpulan dibawah ini
1. Hasil pengujian geolistik (soil resistivity) di kedua konfigurasi yang menggunakan konfigurasi Wenner dan dipole-dipole telah cukup mewakili potensi kondisi bawah permukaan tanah sebenarnya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kecocokan atau kemiripan hasil dari hasil geolistrik dengan hasil pemboran dan juga laboratorium.
2. Dari ketiga konfigurasi yang telah digunakan dalam pengujian geolistrik di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa konfigurasi Wenner menghasilkan hasil yang lebih baik dibandingkan konfigurasi dipole-dipole pada kondisi saat itu.
3. Dikarenakan rentang nilai resistivitas untuk masing-masing jenis tanah cukup besar dan sering terdapat overlapping antara masing-masing nilai resistivitasnya, maka pengujian geolistrik untuk pengidentifikasian jenis tanah tetap membutuhkan bantuan pengujian pengeboran. Diantara saran yang didapat dari hasil penelitian ini adalah :
1. Untuk mendapatkan hasil geolistrik yang lebih baik, sebaiknya digunakan alat dengan impedansi dan akurasi yang tinggi.
2. Penelitian selanjutnya dapat mengkaji tentang pengaruh muka air tanah terhadap hasil geolistrik dengan menggunakan konfigurasi yang berbeda.